Rabu, 13 Januari 2010

Barongsai Kesenian China



Kesenian Barongsai mulai populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei, tahun 420-589 Masehi). Kala itu pasukan dari Raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan Yang dari negeri Lin Yi.


Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan Raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda. Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari China Selatan.

Di China, kesenian barongsai dikenal dengan nama lungwu, namun khusus untuk menyebut tarian singa. Tarian naga disebut shiwu dalam bahasa Mandarin. Sebutan barongsai bukan berasal dari China. Kemungkinan kata barong diambil dari bahasa Melayu yang mirip dengan konsep kesenian barong Jawa, sedangkan kata sai bermakna 'singa' dalam dialek Hokkian.

Naga (liong) bagi etnis China adalah binatang lambang kesuburan atau pembawa berkah. Binatang mitologi ini selalu digambarkan memiliki kepala singa, bertaring serigala dan bertanduk menjangan. Tubuhnya panjang seperti ular dengan sisik ikan, tetapi memiliki cakar mirip elang.

Sedangkan singa dalam masyarakat China merupakan simbol penolak bala. Maka tarian barongsai dianggap mendatangkan kebaikan, kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan.

Tarian ini selalu digelar pada setiap pesta orang China, termasuk di Mal Ciputra dalam menyambut Imlek 2558.

Tarian barongsai dilengkapi replika naga (liong), singa, dan qilin (binatang bertanduk). Tetapi tidak semua perkumpulan memainkannya. Kebanyakan hanya topeng singa. Alasannya, tarian singa dianggap lebih mudah dan praktis dibawakan karena lokasi yang digunakan tidak perlu luas. Atraksi topeng singa hanya membutuhkan dua orang pemain.

Seni bela diri menjadi kunci permainan ini sehingga banyak pemainnya berasal dari perguruan kungfu atau wushu. Gerakannya berciri akrobatik, seperti salto, meloncat, atau berguling. Tarian barongsai biasanya diiringi musik tambur, gong, dan cimbal.

Untuk menampilkan liong, perlu tata krama tersendiri. Liong muncul saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh (malam ke-15 setelah Imlek). Biasanya didahului dengan upacara penyucian, dilanjutkan dengan upacara cuci mata di kelenteng. Sebelum pelaksanaan digelar, beberapa orang sudah melakukan latihan fisik untuk mengangkat liong yang panjangnya bisa mencapai ratusan meter.

Demikian pula, agar atraksi Barongsai menarik, perlu latihan khusus agar angpau yang diperebutkan tak jatuh kepada pihak lawan. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Barongsai Selengkapnya...

Kue Keranjang



Kue Keranjang yang disebut juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Tii Kwee (甜棵), yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang, adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru Imlek, walaupun tidak di Beijing pada suatu saat.



Kue keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, enam hari menjelang Tahun Baru Imlek (Jie Sie Siang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang Tahun Baru Imlek.

Kue keranjang yang dijadikan sesaji sembahyang ini, seperti dituturkan pakar feng shui Kang Hong Kian, biasanya dipertahankan tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15).

Di samping itu, berdasarkan mitos atau dongeng dewa yang paling mengetahui keadaan di rumah adalah Dewa Dapur "Zao Wang Ye" (Ciao Ong Ya dalam bahasa Hokkian). Sebab, segala macam gosip banyak disebarluaskan pada saat sedang mengobrol di dapur, atau juga dari makanan yang disajikan bisa diketahui keadaan keluarga tersebut apakah mereka keluarga mampu atau miskin.

Setahun sekali sang Dewa Dapur ini pulang mudik, cuti, untuk sekalian lapor ke surga (玉皇大帝,Yu Huang Da Di). Sang Dewa Dapur ini terkesan rewel dan cerewet. Untuk menghindari agar Dewa Dapur tidak memberikan laporan yang salah, maka mulutnya disumpal terlebih dahulu dengan Kue Keranjang. Tujuannya, agar mulutnya lengket dan akhirnya tidak bisa banyak bicara. Dan kalaupun bisa bicara, pasti hanya hal yang manis-manis saja. Begitulah cerita mengapa kue keranjang sangat lekat dengan perayaan tahun baru imlek. Kue keranjang dari tahun ke tahun semakin bervariasi. Kalau dulu hanya dikenal kue keranjang dibungkus daun pisang, maka kemudian, karena alasan praktis dan sulit mendapatkan daun pisang dalam jumlah banyak, digunakan plastik untuk membungkus dodol khas imlek ini.

Kemudian muncul kue keranjang dengan variasi rasa, mulai dari cokelat, pandan, dan strawberry. Meski banyak variasi kue keranjang, umumnya kue keranjang bungkus daun pisang tetap menjadi pilihan utama untuk kepentingan ritual sembahyang.

Di malam Imlek, orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di restoran. Setelah selesai makan malam, mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa.

Makanan yang sering disajikan menjelang imlek adalah ikan bandeng, sebab ikan ini melambangkan rezeki. Dalam logat Mandarin, kata "ikan" sama bunyinya dengan kata yu yang berarti 'sisa'. Seperti juga kata yu yang sering tercantum pada lukisan sembilan ikan. Di situ tercantum nian nian you yu yang berarti 'setiap tahun selalu ada (rezeki) sisa'.

Sajian khas Imlek lainnya adalah bakpao dan teripang berwarna cokelat yang rasanya kenyal-kenyal, di samping kepiting berukuran besar yang biasa dicari orang untuk membuat sup hisit.

Masakan berbahan dasar hewan laut agaknya memang telah menjadi tradisi menjelang Imlek dan biasanya acara makan malam diakhiri dengan menikmati buah-buahan seperti apel dan jeruk. Namun, yang lebih diutamakan adalah menyiapkan buah jeruk kuning, yang lazim disebut sebagai "jeruk emas" (jin ju).

Bahkan menjelang Imlek biasanya pohon jeruk dengan buah lebat, atau buah jeruk yang masih disertai beberapa helai daun, yang melambangkan bahwa kekayaan akan terus bertumbuh, banyak dijajakan di pusat-pusat perbelanjaan dan pasar-pasar di daerah pecinan. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kue_Keranjang Selengkapnya...

Prinsip Kesenian China - Lukisan/Catan



Pengenalan di dalam catan landscap Cina kebanyakann menerangkan kepercayaan mereka bahwa manusia merupakan sebagian daripada alam. Cara pelukis Cina melukis catan mereka adalah


dengan mengembara ke seluruh pelosok alam ini adalah karena mereka mau menghayati dan merekamkan alam dengan penuh kejujuran. Penerapan disiplin yang tinggi semasa berkarya seperti penumpuan, kerajinan, kehormatan serta kemahiran dalam berkarya harus disemaikan oleh setiap pelukis Cina.

Prinsip-prinsip dalam menghasilkan Catan Cina terdapat beberapa prinsip yang harus diterapkan dalam menghasilkan catan Cina. Hsieh Ho telah menyenaraikan enam prinsip dalam menghasilkan sebuah catan. Antara prinsip-prinsip berikut adalah seperti Chi yun sheng tung- Getaran rohani atau perasaan pelukis, Ku Fa Yung Pi – Kaedah, tatacara, mutu dan nilai sapuan berus, Ying Mu Hsien Hsing- Pemahaman terhadap objek yang dilukis, Sui Lei Fu Tsai- Penggunaan warna yang bersesuaian, Ching Yin Wei Chin- Pembahagian komposisi dan peranan cahaya dan Ching Mu i Hsieh- Belajar melalui peniruan. Prinsip-prinsip inilah yang telah mengasaskan pengalaman ndan penikmatan catan Cina Sejas berabad-abad lamanya sehingga kini.

Perlambangan dan Falsafah dalam Catan Cina terdapat banyak perlambangan dan falsafah yang wujud dalam catan Cina seperti:

Shan – gunung, ch’i- atmosfera dan hsing – bentuk. Merupakan tiga unsur yang lazimnya ada pada sesebuah catan Cina.

Gunung – lambang kesuburan, keturunan, kekuatan, kesungguhan serta boleh mempengaruhi perasaan dan penghayatan seseorang melalui perubahan atmosfera.

Awan – awan cerah melambangkan keharmonian, awan gelap menimbulkan suasana kemuraman.

Pokok – Pokok besar seperti ru dan pine membawa maksud pasak bumi dan kedudukan mengikut hirarki. Pokok buluh melambangkan kekayaan, lanjut usia, kejujuran, kebenaran serta mampu menghalau hantu. Pokok orkid melambangkan musim luruh manakala pokok plum blossom melambangkan kecantikan dan lanjut usia.

Ikan – ‘Tui’ melambangkan pertambahan rezeki. Jika bewarna keemasan melambangkan status kaya, manakala hitam kehidupannya biasa sahaja. Ikan kelisa melambangkan kekayaan dan keuntungan.

Sungai- melambangkan kegembiraan dan keharmonian.

Falsafah disebalik menghasilkan Catan

Dalam menghasilkan Catan Cina, terdapat beberapa falsafah dalam penghasilannya seperti "melukis tanpa sombong "yang bermaksud, memperelokkan lagi hasil yang telah sempurna bagi mempertingkatkan mutu catan. Pelukis tidak harus cepat berpuas hati dan bangga dengan kerjanya. Falsafah seterusnya adalah ’tidak menghadapi kerja dengan lalai’ falsafah ini bermaksud sesorang haruslah bersedia dari segi rohani dan peralatan serta persekitaran sebelum melukis bagi mendapatkan kerja yang sempurna.

Format lukisan China diatas adalah sbb :

a. Handscroll

b.Hanging Scroll

c. Roller

d. Semi-circular wooden stave

e. Protective Wrapper

f. Title sheet

g.Inscription panel

h. End roll

i. Double-leaf album painting

j. Paired single-leaf album painting

k. Paired single-leaf album painting ‘butterfly’ mounting

l. Screen fan

m. Folding fan (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_Kesenian_China_lukisan Selengkapnya...

Wayang Po Tay Hie (Potehi), Wayang China



Pertunjukan Wayang Potehi.

Wayang Potehi merupakan salah satu kesenian kebudayaan Tionghoa.

Sejarah

Wayang Po Tay Hie sendiri sebetulnya milik suku bangsa Hokkian. Wayang ini berasal dari distrik Quanzhou di Provinsi Fu Jian, yang kemudian dibawa oleh para imigran Cina ke Indonesia sekitar abad 16 hingga abad 19.


Ini tak lepas dari asal mula wayang ini. Konon Wayang Po Te Hie dimainkan pertama kali ketika Dinasti Tiu Ong berkuasa sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Potehi berasal dari kata poo (kain), tay (kantung) dan hie (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal dari daratan Cina asli.

Menurut legenda, seni wayang ini ditemukan oleh pesakitan di sebuah penjara. Lima orang dijatuhi hukuman mati. Empat orang langsung bersedih, tapi orang kelima punya ide cemerlang. Ketimbang bersedih menunggu ajal, lebih baik menghibur diri. Maka, lima orang ini mengambil perkakas yang ada di sel seperti panci dan piring dan mulai menabuhnya sebagai pengiring permainan wayang mereka. Bunyi sedap yang keluar dari tetabuhan darurat ini terdengar juga oleh kaisar, yang akhirnya memberi pengampunan.

Diperkirakan jenis kesenian ini sudah ada pada masa Dinasti Jin yaitu pada abad ke 3-5 Masehi dan berkembang pada Dinasti Song di abad 10-13 M. Wayang Potehi masuk ke Indonesia (dulu Nusantara) melalui orang-orang Tionghoa yang masuk ke Indonesia di sekitar abad 16 sampai 19. Bukan sekedar seni pertunjukan, Wayang Potehi bagi keturunan Tionghoa memiliki fungsi sosial serta ritual. Tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia.

Beberapa lakon yang biasa dibawakan dalam wayang potehi adalah Sie Jin Kwie, Hong Kiam Cun Ciu, Cun Hun Cauw Kok, dan Poei Sie Giok. Setiap wayang bisa dimainkan untuk pelbagai karakter, kecuali Bankong, Udi King, Sia Kao Kim, yang warna mukanya tidak bisa berubah.


Lakon

Dulunya Wayang Potehi hanya memainkan lakon-lakon yang berasal dari kisah klasik daratan China seperti kisah legenda dinasti-dinasti yang ada di China terutama jika dimainkan di dalam kelenteng. Akan tetapi saat ini Wayang Potehi sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah klasik seperti legenda Kera Sakti yang tersohor itu. Pada masa masuknya pertama kali di Indonesia, wayang potehi dimainkan dalam bahasa Hokkian. Seiring dengan perkembangan zaman, wayang ini pun kemudian juga dimainkan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu para penduduk pribumi pun bisa menikmati cerita yang dimainkan.

Menariknya, ternyata lakon-lakon yang kerap dimainkan dalam wayang ini sudah diadaptasi menjadi tokoh-tokoh di dalam ketoprak. Seperti misalnya tokoh Sie Jin Kwie yang diadopsi menjadi tokoh Joko Sudiro. Atau jika Anda penggemar berat ketoprak, mestinya tidak asing dengan tokoh Prabu Lisan Puro yang ternyata diambil dari tokoh Lie Sie Bien.

Pemain dan dalang wayang ini berada di dalam kotak berukuran sekitar 2×2 meter. Tiga orang memainkan alat musik dan dua orang bermain sebagai dalang. Cerita dimainkan selama kurang lebih 2 jam.

Alat musik Wayang Potehi terdiri atas gembreng, suling, gwik gim (gitar), rebab, tambur, terompet, dan bek to. Alat terakhir ini berbentuk silinder sepanjang 5 sentimeter, mirip kentongan kecil penjual bakmi, yang jika salah pukul tidak akan mengeluarkan bunyi "trok"-"trok" seperti seharusnya.


Perkembangan

Tahun 1970-an sampai tahun 1990-an bisa dikatakan masa suram bagi Wayang Potehi. Itu dikarenakan tindakan yang cenderung represif penguasa pada masa itu terhadap kebudayaan kebudayaan Tionghoa. Padahal nilai-nilai budaya yang dibawa serta oleh para keturunan Tionghoa sejak berabad-abad lalu telah tumbuh bersama budaya lokal dan menjadi budaya Indonesia. Dalam masa suram itu, wayang Potehi seolah mengalami pengerdilan. Sangat sulit menemukan pementasannya saat itu. Apalagi jika bukan karena sulitnya mendapat perizinan. Padahal jika diamati para penggiat Wayang Potehi sebagian besar adalah penduduk asli Indonesia. Bayangkan, betapa besar apresiasi mereka terhadap budaya yang bisa dikatakan bukan budaya asli Indonesia. Namun setelah orde reformasi berjalan, angin segar seolah menyelamatkan kesenian ini. Wayang Potehi bisa dipentaskan kembali dan tentu saja tidak dengan sembunyi-sembunyi. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_Potehi Selengkapnya...

Festival Lampion dan Cap Go Meh



Festival lentera tahun tikus 2008 di Tainan, Taiwan

Festival Lampion

Festival Lampion (hanzi sederhana: 元宵节, hanzi tradisional: 元宵節, pinyin: yuanxiaojie) adalah festival dengan hiasan lentera yang dirayakan setiap tahunnya pada hari ke-15 bulan pertama


kalender Tionghoa yang menandai berakhirnya perayaan tahun baru Imlek. Festival ini biasanya dirayakan secara luas di Taiwan, Hongkong dan sebagian besar daerah di Cina. (Liela)


Cap Go Meh

Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama.

Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama dalam Tahun Baru tersebut.
Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Lampion
Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Cap_Go_Meh Selengkapnya...

Kue Bulan



Kue bulan tradisional

Kue bulan (Hanzi: 月餅, pinyin: yuèbǐng) adalah penganan tradisional Tionghoa yang menjadi sajian wajib pada perayaan Festival Musim Gugur setiap tahunnya. Di Indonesia, kue bulan


biasanya dikenal dalam dialek Hokkian-nya, gwee pia atau tiong chiu pia.

Kue bulan tradisional pada dasarnya berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan. Namun seiring perkembangan zaman, bentuk-bentuk lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan.

Asal mula

Kue bulan bermula dari penganan sesajian pada persembahan dan penghormatan pada leluhur di musim gugur, yang biasanya merupakan masa panen yang dianggap penting dalam kebudayaan Tionghoa yang berbasis agrikultural.

Perkembangan zaman menjadikan kue bulan berevolusi dari sesajian khusus pertengahan musim gugur kepada penganan dan hadiah namun tetap terkait pada perayaan festival musim gugur tadi.

Beberapa legenda mengemukakan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol. Namun sebenarnya, kue bulan telah ada tercatat dalam sejarah paling awal pada zaman Dinasti Song. Dari sini, kue bulan dipastikan telah populer dan eksis jauh sebelum Dinasti Ming berdiri. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kue_Bulan Selengkapnya...

Budaya teh Tionghoa



Budaya teh Tionghoa

Minum teh telah menjadi semacam ritual di kalangan masyarakat Tionghoa. Di Cina, budaya minum teh dikenal sejak 3.000 tahun sebelum Masehi (SM), yaitu pada zaman Kaisar Shen Nung berkuasa. Bahkan, berlanjut di Jepang sejak masa Kamakaru (1192 – 1333) oleh pengikut Zen.


Tujuan minum teh, agar mereka mendapatkan kesegaran tubuh selama meditasi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Pada akhirnya, tradisi minum teh menjadi bagian dari upacara ritual Zen.

Selama abad ke-15 hal itu menjadi acara tetap berkumpul di lingkungan khusus untuk mendiskusikan berbagai hal.

Meski saat itu belum bisa dibuktikan khasiat teh secara ilmiah, namun masyarakat Tionghoa sudah meyakini teh dapat menetralisasi kadar lemak dalam darah, setelah mereka mengonsumsi makanan yang mengandung lemak.

Mereka juga percaya, minum teh dapat melancarkan buang air seni, menghambat diare, dan sederet kegunaan lainnya. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_teh_Tionghoa Selengkapnya...

Festival Qingming



Festival Qingming

Festival Qingming (hanzi tradisional: 清明節; sederhana: 清明节; pinyin: qīng míng jié) atau di Indonesia lebih dikenal sebagai Ceng Beng (bahasa Hokkien) adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah ke kuburan sesuai dengan ajaran Khonghucu. Festival tradisional Cina ini jatuh pada hari ke 104 setelah titik balik matahari pada musim


dingin (atau hari ke 15 dari hari persamaan panjang siang dan malam pada musim semi), pada umumnya jatuh pada tanggal 5 April, dan setiap tahun kabisat, Qing Ming jatuh pada tanggal 4 April. Secara astronomi, ini juga merupakan terminologi matahari. Dalam terminologi matahari, Festival Qīngmíng adalah pada hari pertama dari 5 terminologi matahari, yang juga dinamai Qīngmíng. Nama yang menandakan waktu untuk orang pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi (Tàqīng 踏青, "menginjak tumbuhan hijau"), dan juga ditujukan kepada orang-orang untuk berangkat ke kuburan. Festival ini merupakan hari libur umum di Cina (RRC), sama halnya juga di Hong Kong, Macau dan Taiwan. Di Korea, Qīngmíng dikenal dengan sebutan hari Hansik.

Festival ini juga diketahui dengan sejumlah nama lain:

Hari Semua Arwah

Festival Bersih Terang

Festival Ziarah Kuburan

Hari Menyapu Kuburan

Hari Peringatan Musim Semi

Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang adalah terjemahan yang paling umum dalam mengartikan 'Qīngmíng 清明'.

Untuk orang Tionghua, hari ini merupakan suatu hari untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang. Upacara ini adalah sangat penting bagi kebanyakan orang Tionghua, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau sesudah hari Qīngmíng 清明. Juga pada waktu Qīngmíng 清明, orang melakukan tamasya keluarga, mulai membajak sawah pada musim semi. Hal populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang (dalam berbagai bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina). Sesuai catatan, masyarakat Tionghua di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura dan juga beberapa daerah di Indonesia juga melanjutkan praktek dari kebiasaan ini.

Hari Hanshijie 寒食节, sehari sebelum Qīngmíng 清明, diciptakan oleh Chong'er (重耳), Bangsawan Wen dari negara Jin (晋) pada masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur (Chunqiu 春秋), manakala ia secara tidak sengaja membunuh bawahan dan teman baiknya, Jie Zhitui 介之推 (atau Jie Zitui) dan ibunya dalam suatu pembakaran hutan dengan harapan akan membuat Jie Zhitui kembali kepadanya. Pada hari Hanshijie 寒食节, orang tidak diijinkan menggunakan api untuk memanaskan makanan, yang kemudian dijuluki Festival Makanan Dingin. Dan pada kenyataannya, 300 tahun kemudian, perayaan Hanshijie 寒食节 dikombinasikan dengan Festival Qīngmíng 清明... dan kemudian mulai dilupakan oleh kebanyakan orang.

Latar belakang

Festival Qīngmíng 清明 sendiri diciptakan oleh Kaisar Xuanzong (唐玄宗) pada tahun 732 (Dinasti Tang). Dengan alasan apa? Sebab orang Cina kuno mengadakan upacara pemujaan nenek moyang dengan cara terlalu mahal dan rumit. Dalam usaha untuk menurunkan biaya tersebut, Kaisar Xuanzong (唐玄宗) mengumumkan penghormatan tersebut cukup dilakukan dengan mengunjungi kuburan nenek moyang pada hari Qīngmíng 清明.

Jie Zhitui

Pada mulanya, tradisi Cengbeng dicetuskan oleh putra mahkota Chong Er dari Dinasti Tang. Suatu hari karena difitnah oleh salah seorang selir raja, Chong Er terpaksa melarikan diri ke gunung bersama para pengawalnya. Kelaparan karena tidak membawa bekal makanan, salah seorang pengawal bernama Jie Zhitui memotong bagian badannya dan memasaknya untuk sang putra mahkota agar tidak mati kelaparan. Mengetahui pengorbanan pengawal setianya itu, Chong Er merasa sedih, tetapi Jie menghibur sang putra mahkota dan memintanya agar tetap teguh bertahan hingga Chong Er dapat kembali ke istana dan merebut tahta dari selir raja yang telah memfitnahnya.

Tiga tahun lamanya mereka bertahan hidup dalam kelaparan di gunung hingga akhirnya sang selir meninggal dunia. Sepasukan tentara menjemput Chong Er untuk kembali ke istana, saat itu dia melihat Jie Zhitui mengemasi sebuah tikar tua ke atas kuda. Chong Er mentertawakannya dan meminta Jie untuk membuang tikar itu, tetapi Jie menolaknya dan berkata,”...hanya penderitaan yang dapat hamba bagi bersama paduka, bukan kemakmuran...”. Jie berpamitan kepada Chong Er untuk tetap tinggal di gunung bersama ibunya.

Setelah Chong Er kembali ke istana, dia bermaksud mengundang Jie Zhitui, tetapi Jie tidak berhasil ditemukan. Chong Er memerintahkan tentara untuk membakar hutan digunung itu agar Jie segera keluar menemuinya. Yang terjadi malah sebaliknya, mereka menemukan Jie Zhitui mati bersama ibunya dibawah pohon willow. Chong Er sangat sedih melihat pengawal setianya itu malah mati karena keinginannya. Sejak itu Chong Er memperingati hari itu sebagai hari Hanshi. Pada saat peringatan Hanshi ini, kaisar tidak mengijinkan siapapun menyalakan api untuk memasak, sehingga peringatan ini juga dikenal dengan sebutan Perayaan Makanan Dingin.

Kaisar Xuanzong

Sedangkan tradisi peringatan Cengbeng sendiri sebenarnya dicetuskan oleh kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang pada tahun 732. Kaisar saat itu menilai kebiasaan masyarakatnya terlalu sering melaksanakan upacara bagi pada leluhur dan berbiaya mahal sehingga seringkali menyusahkan mereka sendiri. Kaisar menitahkan sejak saat itu upacara bagi para leluhur cukup dilakukan pada pertengahan musim semi atau Cengbeng saja.

Dinasti Qing

300 tahun yang lalu pada masa pemerintahaan Dinasti Qing (1644 – 1911), tradisi peringatan Hanshi digabungkan dengan upacara Qingming (Cengbeng), lama kelamaan peringatan Hanshi mulai memudar dan tinggal tradisi Cengbeng yang bertahan hingga sekarang sebagai salah satu upacara penting bagi masyarakat tionghoa diseluruh dunia.

Di beberapa negara di Asia, peringatan Cengbeng dianggap sangat penting artinya dan diperingati sebagai hari libur nasional selama beberapa hari. Selain perayaan Tahun Baru Imlek, Cengbeng adalah tradisi penting bagi masyarakat tionghoa, karena pada masa inilah seluruh anggota keluarga berkumpul bersama menghormat dan memperingati leluhur mereka. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Qingming Selengkapnya...

Tahun Baru Imlek



Tahun Baru Imlek

Lampion merah digantung selama perayaan Tahun Baru Imlek sebagai makna keberuntungan

Tahun Baru Imlek

Hanzi tradisional: 農曆新年

Hanzi sederhana: 农历新年


Makna literal: tahun baru kalender pertanian

Nama alternatif

Hanzi tradisional: 春節

Hanzi sederhana: 春节

Makna literal: perayaan musim bunga

Malam Tahun Baru Cina di Meizhou, Cina dirayakan terutamanya di peradaban Asia Timur, Jenis Cina, kebudayaan, agama Buddha. Makna Hari pertama kalendar Cina (qamari)

Tahun 2008 7 Februari

Tahun 2009 26 Januari

Tahun 2010 14 Februari

Perayaan sambutan Tahun Baru, perhimpunan keluarga, jamuan sekeluarga. Masih sehubungan Perayaan Tanglung yang mengakhiri perayaan ini

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (Chinese: 正月; pinyin: zhēng yuè) di penaggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal ke lima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti "malam pergantian tahun".

Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Cina sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api. Meskipun penanggalan Cina secara tradisional tidak menggunakan nomor tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok seringkali dinomori dari pemerintahan Huangdi. Setidaknya sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh berbagai ahli, sehingga pada tahun 2009 masehi "Tahun Tionghoa" dapat jadi tahun 4707, 4706, atau 4646

Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873). Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi Han Cina yang signifikan, Tahun Baru Cina juga dirayakan, dan telah, pada berbagai derajat, menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut.

Tanggal perayaan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astrologi Cina

Hewan Cabang bumi Tanggal

Tikus 子 zǐ 19 Februari 1996-7 Februari 2008

Sapi 丑 chǒu 7 Februari 1997-26 Januari 2009

Macan 寅 yín 28 Januari 1998-14 Februari 2010

Kelinci 卯 mǎo 16 Februari 1999-3 Februari 2011

Naga 辰 chén 5 Februari 2000-23 Januari 2012

Ular 巳 sì 24 Januari 2001-10 Februari 2013

Kuda 午 wǔ 12 Februari 2002-31 Januari 2014

Kambing 未 wèi 1 Februari 2003-19 Februari 2015

Monyet 申 shēn 22 Januari 2004-8 Februari 2016

Ayam 酉 yǒu 9 Februari 2005-8 Januari 2017

Anjing 戌 xū 29 Januari 2006-16 Februari 2018

Babi 亥 hài 18 Februari 2007-5 Februari 2019

Kalender lunisolar tionghoa menentukan tanggal Tahun Baru Cina. Kalender tersebut juga digunakan di negara-negara yang telah mengangkat atau telah dipengaruhi oleh budaya Han (terutama di Korea, Jepang dan Vietnam) dan mungkin memiliki asal yang serupa dengan perayaan Tahun Baru di luar Asia Timur (seperti Iran, dan pada zaman dahulu kala, daratan Bulgar).

Dalam kalender Gregorian, Tahun Baru Cina jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya, antara tanggal 21 Januari dan 20 Februari. Dalam kalender Tionhoa, titikbalik mentari musim dingin harus terjadi di bulan 11, yang berarti Tahun Baru Cina biasanya jatuh pada bulan baru kedua setelah titikbalik mentari musim dingin (dan kadang yang ketiga jika pada tahun itu ada bulan kabisat). Di budaya tradisional di Cina, lichun adalah waktu solar yang menandai dimulainya musim semi, yang terjadi sekitar 4 Februari.

Tanggal untuk Tahun Baru Cina dari 1996 sampai 2019 (dalam penanggalan Gregori) dapat dilihat di tabel di atas, bersamaan dengan shio hewan untuk tahun itu dan cabang duniawinya. Bersamaan dengan daur 12-tahun masing-masing dengan shio hewan ada daur 10-tahun batang surgawi. Setiap surgawi dikaitkan dengan salah satu dari lima elemen perbintangan Cina, yaitu: Kayu, Api, Bumi, Logam, dan Air.

Unsur-unsur tersebut diputar setiap dua tahun sekali sementara perkaitan yin dan yang silih berganti setiap tahun. Unsur-unsur tersbut dengan itu dibedakan menjadi: Kayu Yang, Kayu Yin, Api Yang, Api Yin, dan seterusnya. Hal ini menghasilkan sebuah daur gabungan yang berulang setiap 60 tahun. Sebagai contoh, tahun dari Tikus Api Yang terjadi pada 1936 dan pada tahun 1996.

Banyak orang mengacaukan tahun kelahiran Tionghoa dengan dengan tahun kelahiran Gregorian mereka. Karena Tahun Baru Cina dapat dimulai pada akhir Januari sampai pertengahan Februari, tahun Tionghoa dari 1 Januari sampai hari imlek di tahun baru Gregorian tetap tidak berubah dari tahun sebelumnya. Sebagai contoh, tahun ular 1989 mulai pada 6 Februari 1989. Tahun 1990 dianggap oleh beberapa orang sebagai tahun kuda. Namun, tahun ular 1989 secara resmi berakhir pada 26 Januari 1990. Ini berarti bahwa barang siapa yang lahir dari 1 Januari ke 25 Januari 1990 sebenarnya lahir pada tahun ular alih-alih tahun kuda.

Sejarah

Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas. Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou di China. Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalendar Tionghoa sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian). Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.

Mitos

Puisi Tahun Baru Cina tulisan tangan ditempel pada pintu ke rumah orang, di Lijiang, Yunnan, Cina.Menurut legenda, dahulu kala, Nián (年) adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri merka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. DIpercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakiaan berwarna meraj. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkempang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; bahasa Tionghoa: 过年), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harafiah berarti "mengusir Nian".[1][2]

Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.

Ucapan / Salam

Sekitar masa tahun baru orang-orang memberi selamat satu sama lain dengan kalimat:Aksara Tionghoa Sederhana: 恭喜发财 - Aksara Tionghoa Tradisional: 恭喜發財 = "selamat dan semoga banyak rejeki", dibaca:

"Gōngxǐ fācái" (bahasa Mandarin)

"Kung hei fat choi" (bahasa Kantonis)

"Kiong hi huat cai" (bahasa Hokkien)

"Kiong hi fat choi" {bahasa Hakka)

"Xīnnián kuàilè" (新年快樂) = "Selamat Tahun Baru"

Tahun Baru Imlek di Indonesia

Di Indonesia, selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Baru_Imlek Selengkapnya...

Opera Beijing



Opera Beijing

Dikenal sebagai Opera Nasional Tiongkok, Opera Beijing, yang berasal dari akhir abad ke 18, adalah sintesis dari musik, dansa, seni dan akrobat. Merupakan opera yang paling berpengaruh dan mewakili dari seluruh opera di Tiongkok.


Opera Beijing Berasal dari opera tradisional Anhui, serta mengadopsi lagu, musik dan teknik penampilan dari Opera Kun dan Opera Qingqiang, dan juga menyerap cerita-cerita rakyat pada perkembangannya, sehingga menghasilkan sebuah opera yang sangat kaya musik dan penampilan.

Opera Beijing dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu “adat“, yang menonjolkan nyanyian, dan “seni beladiri“, yang kaya akan akrobat dan aksi berani. Beberapa kisah yang ditampilkan menggabungkan keduanya.

Jalan cerita yang dibawakan termasuk sejarah, komedi, tragedi dan jenaka. Banyak kisah-kisah sejarah yang diadopsi oleh Opera Beijing, yang mana pada masa lalu merupakan kisah utama dalam sejarah dan berupa prinsip-prinsip kehidupan untuk memberikan pendidikan bagi rakyat.

Dua orkes, memainkan alat musik petik dan pukul, diiringin dengan nyanyian, yang diikuti oleh alat musik lainnya dengan irama dan melodi yang seirama. “Jinghu”, sebuah alat musik petik dengan dua busur adalah alat musik utama dari orkes.

Dialog dan monolog yang ada dibawakan dalam dialek Beijing dan beberapa kata-kata diumpamakan pada pakaian-pakaian khusus yang hanya terdapat pada opera.

Aktor dan aktris disamping membawakan nyanyian juga memperagakan gerak-gerik, seperti mengelus janggut, membenarkan posisi topi, menaikkan lengan baju, atau mengangkat kaki, untuk mengungkapkan sebuah emosi atau arti.

Tangan dan tubuh yang bergetar menunjukkan kemarahan dan menyentil lengan baju berarti jijik. Seorang aktor atau aktris memperagakan perasaan malu dengan menutupi muka memakai lengan baju. Beberapa gerakan tidak mudah diartikan maksudnya. Seorang aktor memegang lengan bajunya dengan gerakan cepat dan kemudian meletakkan tangannya dibelakang tubuh dengan muka tegang menunjukkan dirinya sedang bersiap-siap akan adanya bahaya.

Kadang kala sebuah gerakan dapat memakan waktu hingga 20 menit. Contohnya ketika seorang aktor sedang membuat sebuah rencana, jari-jari dan tangannya menunjukkan tanda gelisah, dan ketika rencana telah disusun dia memukulkan sebuah kepalan ke telapak tangan satunya hingga menimbulkan bunyi. Ketika gelisah, sang aktor akan menggosok kedua telapak tangannya selama beberapa menit.

Pertarungan akrobat Opera Beijing, baik dimainkan dua orang atau kelompok, adalah sebuah kombinasi keahlian bertempur dan peran. Terdapat empat jenis peran secara umum, yaitu pria, wanita, muka di cat dan badut, yang masing-masing dibagi berdasarkan umur dan profesi.

Sheng atau peran pria dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tua, muda dan ahli bela diri. Dan atau peran wanita terdiri dari wanita muda, wanita paruh baya, wanita tidak berdosa, ahli bela diri dan wanita tua. Jing atau muka di cat selalu ditampilkan sebagai seorang yang jujur dan terbuka dengan warna-warna wajah yang cerah.

Chou atau badut ditandai dengan adanya bulatan putih pada ujung hidung. Peran ini terkadang positif, baik hati dan jenaka, namun kadang negatif, licik, jahat, atau tolol. Setiap peran memiliki nyanyian dan gaya tersendiri.

Mirip dengan akting dan nyanyian, tata rias muka juga memiliki seni tersendiri. Yang diberi ilham oleh tarian pada opera masa Dinasti Tang, Song, dan Yuan. Tata rias muka menonjolkan sifat dari peran yang dimainkan.

Untuk peran muka di cat, warna muka dari wajah dapat menunjukkan sifat atau kepribadian peran. Merah menandakan pembela kebenaran dan kesetiaan, putih menandakan banyak akal dan cerdik, keteguhan dan keberanian ditandai dengan warna biru, sedangkan kuning menunjukkan kepandaian. Hitam berarti lurus dan jujur, sedangkan abu-abu sering melambangkan keras kepala dan egois.

Pakaian yang dikenakan didasari pada pakaian masa Dinasti Ming, dengan tidak menghiraukan masa latar belakang cerita yang dibawakan. Alat bantuan dapat berupa dinding kain, tenda, payung, cambuk, dayung atau senjata. Alat-alat tersebut berupa alat sebenarnya namun dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu penampilan yang dibawakan. Perumpamaan adalah suatu ciri dari opera. Membawa cambuk adalah untuk menunjukkan bahwa sang pembawa sedang naik kuda. Beberapa peran tentara di panggung menunjukkan seluruh tentara. Seorang aktor yang berputar-putar pada panggung menunjukkan pengembaraan yang jauh.

Kadang hanya berupa meja dan beberapa buah kursi diatas panggung. Detail dari setiap penampilan tergantung dari kemampuan penampilan dari para aktor dan aktris.

Membuka pintu, berjalan pada malam hari, mendayung perahu, makan, minum dan lainnya, ditampilkan oleh gerakan-gerakan tersendiri dari para aktor dan aktris. Mereka juga menggunakan mata dan ekspresi wajah untuk menjelaskan arti.

Pada masa 200 tahun, tidak terhitung jumlah sekolah dan aktor serta aktris yang ada. Banyak diantara mereka yang mendapat sentuhan gaya masa kini dalam berperan.

Beberapa aktor yang terkenal adalah Tan Xinpei, Yang Xiaolou, Yu Shuyan, Ma Lianliang dan Zhou Xinfang. Sedangkan beberapa aktris terkenal adalah Mei Lanfang, Shang Xiaoyun, Cheng Yanqiu, Zhang Junqiu dan Xun Huisheng.

Opera Beijing menampilkan sebuah arti penting bagi kebudayaan Tiongkok dan merupakan hasil kerja keras dan bahu membahu dari ratusan seniman dalam masa lebih dari dua abad.

Beberapa jalan cerita yang terkenal adalah:

1. Pesta di Hongmen (Hongmen Yan)
Gabungan dari intrik pembunuhan dan politik, jalan cerita opera ini membuat lubang antara panglima perang Xiang Yu terhadap Liu Bang, yang kemudian akan menjadi kaisar dari Dinasti Han Barat (B.C. 206 – A.D. 24). Xiang Yu mengundang Liu Bang ke sebuah pesta di tempat bernama Hongmen dan berencana membunuh Liu Bang. Mengetahui rencana ini lebih awal, para perwira Liu membantu Liu menggagalkan rencana Xiang Yu.

2. Pertempuran Chibi (Chibi Zhi Zha)
Didasari dari Kisah Tiga Negara yang menceritakan sebuah kekuatan besar dari Kerajaan Wei yang berhasil dikalahkan oleh kekuatan gabungan Kerajaan Wu dan Shu, yang dipimpin oleh Zhou Yu dan Zhuge Liang, para ahli militer pada masa Tiga Negara.

3. Memukul Jubah Naga (Da Long Pao)
Bao Zheng, seorang pejabat tinggi kerajaan pada masa Dinasti Song, memainkan sebuah drama pada panggung untuk Kaisar Zhao Zhen pada Perayaan Lentera mengenai anak durhaka yang meninggal disambar petir. Kisah ini membuat marah Zhao karena seolah-olah anak durhaka tersebut adalah dirinya. Sang kaisar bagaimanapun juga akhirnya menyadari bahwa ibunya telah dijebak oleh selir ayahnya dan mengalami hidup penuh penderitaan di sebuah desa. Sang kaisar lalu membawa pulang sang ibu. Sang ibu memarahi sang anak dan menyuruh Bao Zheng memukul anaknya karena merupakan anak durhaka. Bao meminta sang kaisar melepas jubahnya dan memukul jubah tersebut.

4. Menerobos kepungan (Zou Maicheng)
Guan Yu, salah seorang jenderal utama Kerajaan Shu pada masa Tiga Negara, dikalahkan oleh gabungan dua kekuatan, Wei dan Wu. Guan Yu akhirnya melarikan diri ke sebuah kota kecil, Maicheng, yang mana kemudian dikepung. Guan Yu menyadari bahwa satu-satunya kesempatan yang ada adalah menerobos kepungan, namun dirinya gagal.

5. Yu Tangchun
Bermasa pada Dinasti Ming, menceritakan seorang pelacur yang jatuh cinta dengan seorang sarjana, Yu Tangchun, yang sering mengunjungi rumah pelacuran tempat sang pelacur berada. Ketika Yu kehabisan uang, dia dilarang datang lagi ke rumah pelacuran tersebut oleh para penjaga yang ada. Sementara itu, sang pelacur dijual kepada seorang pedagang dari Propinsi Shanxi. Istri sang pedagang meracuni suaminya dan membuat sang pelacur disalahkan. Sedangkan Yu menjadi seorang pejabat tinggi pengadilan di Taiyuan, Ibukota Propinsi Shanxi.

Yu memiliki banyak masalah yang perlu diperjelas dan memerintahkan sang pelacur dibawa ke Taiyuan. Meskipun Yu mengetahui tuduhan yang dijatuhkan kepada mantan kekasihnya, namun dirinya tidak dapat mengendalikan diri, sehingga mengadakan pertemuan rahasia dengan sang pelacur di penjara. Namun hal ini diketahui oleh pejabat lainnya, yang lalu menyarankan agar Yu menyelidiki kasus yang ada dan menemukan kebenaran. Pada akhirnya sang pelacur dapat bebas dan menikah dengan Yu.

6. Sang pemabuk cantik (Guifei Zui Jiu)
Yang Yuhuan, yang dikenal sebagai Guifei dan merupakan seorang selir kesayangan dari Kaisar Ming Huang dari Dinasti Tang, diundang oleh sang kaisar untuk mengagumi keindahan bunga sambil minum arak pada Paviliun Seratus Bunga. Seperti yang diperintahkan, Guifei datang ke paviliun bersama para pembantu istana dan kasim. Guifei menunggu lama sebelum akhirnya mengetahui bahwa sang kaisar tidak dapat datang karena Ming Huang mengunjungi Meifei, selir lain. Kecewa dan sedih, Guifei tidak memiliki pilihan kecuali mabuk seorang diri. Guifei semakin sedih setelah mengingat bagaimana dirinya ketika hari pertama berada di istana. Arak dapat membuat dirinya lupa akan segala kesedihan dan membuatnya mabuk. Guifei kembali ke kediamannya dengan bantuan pada pembantu istana, suram dan kesepian.

7. Kaisar Cao Cao dan Sarjana Yang Xiu (Cao Cao Yu Yang Xiu)
Kaisar pertama Kerajaan Wei pada masa Tiga Kerajaan, Cao Cao, kagum atas kepandaian Yang Xiu namun terganggu karena kadang-kadang sarjana pandai ini secara berani membuka tipu muslihatnya. Yang Xiu berkeinginan agar sang kaisar kagum atas dirinya namun selalu mempermalukan Cao Cao dengan membuka tipu muslihat Cao Cao secara terang-terangan. Sang sarjana akhirnya dihukum mati ketika sekali lagi membuka sebuah tipu muslihat. (Liela)

Sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Opera Beijing Selengkapnya...

Template by:
Free Blog Templates